Seharusnya, kontraksi pada ibu hamil tidak hanya terjadi sebelum dan saat melahirkan saja, akan tetapi setelahnya juga. Akan tetapi, atonia uteri akan membuat rahim bumil gagal berkontraksi setelah melahirkan.
Kondisi ini termasuk dalam komplikasi persalinan yang bisa menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan atau postpartum hemorrhage. Oleh karena itulah, atonia uteri memerlukan penanganan segera dan tentunya mesti tepat.
Uterine atony atau lebih dikenal sebagai atonia uteri merupakan kondisi dimana rahim tidak mau berkontraksi atau mengencang pasca persalinan. Sebenarnya, kontraksi pasca persalinan sangat dibutuhkan guna mengeluarkan plasenta atau ari ari dari dalam rahim bunda. Selain itu, kontraksi ini diperlukan juga untuk menekan pembuluh darah yang rusak disaat plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Dengan tidak adanya tekanan dari rahim, pembuluh darah akan terus menerus mengeluarkan darah dengan bebas hingga menyebabkan postpartum hemorrhage.
Tidak semua kasus pada kegagalan kontraksi rahim pasca persalinan yang berakhir dengan perdarahan postpartum. Akan tetapi, sekitar 70-80% pada kasus perdarahan postpartum memang disebabkan oleh terjadinya atonia rahim. Selain dapat terjadi selama proses melahirkan normal ataupun caesar, atonia uteri ini juga dapat terjadi ketika keguguran.
Gejala atonia uteri
Atonia uteri mempunyai gejala utama yakni rahim yang tidak berkontraksi dan terasa lunak. Biasanya, kondisi ini diikuti dengan adanya perdarahan setelah plasenta dikeluarkan dari dinding rahim bunda.Perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri bisa mencapai lebih dari 500 ml. Akibatnya bunda akan mengalami kehilangan banyak darah, biasanya atonia uteri juga akan diikuti dengan ciri ciri seperti berikut ini.
• Denyut jantung yang meningkat
• Tekanan darah menurun
• Alami pembengkakan dan nyeri pada vagina
• Punggung terasa nyeri
• Pusing ataupun pingsan
• Sulit atau tidak bisa buang air kecil
• Kulit yang berubah jadi pucat
• Jumlah sel darah merah yang menurun
Terjadinya gejala perdarahan pasca melahirkan yang disebabkan oleh atonia uteri kemungkinan terlihat sama dengan komplikasi melahirkan lainnya. Oleh karena itulah kondisi ini harus didiagnosis dengan tepat.
Penyebab Atonia Uteri
Sampai sekarang, penyebab atonia uteri masih belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Akan tetapi, berikut ini ada beberapa kondisi yang dipercaya bisa membuat rahim menjadi sulit untuk berkontraksi.• Proses persalinan yang memakan waktu terlalu lama ataupun terlalu cepat
• Peregangan rahim yang terlalu besar, contohnya pada kehamilan kembar
• Selama persalinan menggunakan oksitosin atau anestesi umum
• Pemberian induksi persalinan
Faktor risiko atonia uteri
Selain beragam kondisi seperti di atas, berikut ini ada hal lain yang juga dapat meningkatkan risiko bunda mengalami atonia uteri.• Hamil pada usia di atas 35 tahun
• Mengandung anak kembar
• Mempunyai riwayat melahirkan bayi kembar dua ataupun lebih
• Hamil dalam kondisi tubuh yang obesitas
• Polihidramnion atau cairan ketuban yang terlalu banyak
• Mengandung bayi yang ukuran tubunya besar
• Hamil yang bersamaan dengan mioma uteri ataupun fibroid rahim.
Apabila bunda hamil dengan berbagai kondisi seperti di atas, sangat penting untuk bunda agar mengenal tanda tanda melahirkan, termasuk jenis kontraksi mana yang normal dan yang tidak. Kondisi di atas menandakan bahwa kehamilan bunda sangat berisiko dan lebih baik untuk melakukan persalinan di rumah sakit dari pada di rumah bunda sendiri.
Cara pengobatan atonia uteri
Sampai sekarang, masih belum ditemukan metode yang secara khusus bisa mencegah terjadinya atonia rahim. Akan tetapi, bunda bisa mengurangi risiko gagal kontraksi rahim pasca persalinan dengan cara melakukan beberapa usaha seperti berikut ini:• Tetap menjaga berat badan dalam rentang yang sehat sebelum ataupun selama kehamilan
• Selama kehamilan, pastikan bunda mencukupi kebutuhan gizi, terutama zat besi. Apabila dibutuhkan, bunda bisa konsumsi vitamin prenatal yang sudah diresepkan oleh dokter.
• Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan
Nah jadi itu dia bunda gejala, penyebab, faktor risiko, hingga cara pengobatan dari atonia uteri. Apabila bunda berisiko untuk mengalami atonia uteri, kemungkinan dokter akan memberikan saran lain yang bisa bunda lakukan selama masa kehamilan. Intinya, bunda hanya perlu mengikuti petunjuk yang dokter berikan agar kesehatan bunda dan janin tetap terjaga. Selain itu, sebaiknya bunda melakukan persalinan di rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang lebih maksimal.